Bulu tangkis itu permainan yang menyenangkan, karena lawannya adalah dirimu. ->Secuil kenangan.
Empat bulan lebih telah berlalu, sejak aku berjanji akan menulis tentang topik yang satu ini. Sebenarnya aku berniat untuk menulis tentang pengalamanku selama empat bulan terakhir ini. Akan tetapi, aku ingat dengan jelas bahwa aku pernah berjanji untuk membuat satu halaman khusus tentang bulutangkis. Tentu aku tidak perlu mendefinisikan kata tersebut, kan? Harus mulai darimana ya? Oh, mungkin saat mamaku pertama kali membelikanku satu set mainan bulutangkis yang isinya sepasang raket dan juga sebuah shuttlecock berbahan dasar plastik ketika usiaku sekitar enam tahun.
Beberapa waktu ke depan aku baru menyadari kalau raket yang kupunya berbeda dengan teman-teman seusiaku. Raket mereka terbuat dari kayu dan ada juga yang terbuat dari logam dengan senar yang sepertinya dari nilon. Aku menonton teman-temanku bermain bulu tangkis dengan jajaran sandal yang dijadikan sebagai garis pembatas. Sangat seru sekali. Saat kusadari bahwa hanya raketku adalah satu-satunya yang berbeda, aku akhirnya memutar langkah dan kembali ke rumah.
Aku tidak ingat, kenapa pada akhirnya aku bisa bermain bulu tangkis dan ikut bergabung dengan teman-temanku yang lain. Entah siapa yang mengajarkanku, aku sendiri lupa. Namun, hal itu benar-benar salah satu yang terbaik. Saat jam menunjukkan pukul empat sore, ketika aku sudah mandi dan segera bergegas ke rumah temanku yang halamannya sangat luas sekali. Kami semua bermain bulu tangkis disana. Berhubung pemilik rumah adalah orang terkaya di lingkunganku, kalau tidak salah ingat waktu itu dia yang menyediakan kami raket dan shuttlecock-nya. Benar-benar sangat seru sekali karena waktu itu teman-teman masa kecilku masih lengkap. Belum ada yang merantau, apalagi menikah. Akan tetapi, ya mau bagaimana lagi? Namanya hidup ya tidak melulu tentang kata selalu. Lambat laun yang tersisa hanyalah kata dulu.
Beralih dari sana, tiba-tiba aku jadi suka menonton pertandingan bulu tangkis yang biasa disiarkan di televisi. Mungkin tahun 2013 adalah tahun pertama aku menyaksikan match bulu tangkis yang tidak dilaksanakan di Indonesia. Fox Sport ya kalau tidak salah? Aku lupa. Sejak saat itulah, aku selalu menonton pertandingan bulu tangkis kelas dunia level Super Series dan berlanjut hingga saat ini. Waktu itu saking semangatnya menonton, aku sampai mencatat atlet yang mendapat gelar juara di buku catatan kecilku. Aku juga mencatat rangking BWF untuk kelima sektor. Untuk apa? Ya, aku juga tidak tahu. Aku melakukannya karena aku ingin dan aku suka.
And at last, untuk pertama kalinya aku mengidolakan seorang atlet dari sektor men's doubles. Jika teman-teman SMP ku membaca ini, kalian pasti sudah bisa menebaknya. Benar, siapa lagi kalau bukan Lee Yong Dae. Tentu saja aku mengidolakannya karena ya, kalian bisa menebaknya sendiri. Dia terlalu keren saat di lapangan. Pesonanya beda, aku tidak bisa menahan senyumku saat melihatnya bermain. Oh tidak. Aku jadi teringat saat aku begitu fanatik dengan dirinya di masa lalu :( Tidak untuk dicontoh, tapi untuk dikenang saja karena itu sangat menggelikan.
Salah satu yang paling berkesan adalah, saat Lee Yong Dae dan partnernya Yoo Yeong Seong keluar menjadi juara dengan match yang sangat membuat ku deg-degan. Aku lupa detail ajangnya, yang pasti waktu itu sudah babak final. Aku sungguh sangat mengidolakannya waktu itu, jadi ketika dia menang di set ketiga spontan saja aku sujud syukur. Huhuhu, mengingatnya membuatku menjadi merasa malu apalagi waktu itu aku menontonnya bersama dengan bapak kumisku.
Membahas Lee Yong Dae dan aku yang mengenalnya di masa lalu itu semestinya tidak ada habisnya. Apalagi saat setelah pertandingan aku selalu bercerita ke teman kelasku betapa hebatnya dia bahkan aku pernah memeragakan pukulan-pukulannya. HAHAHA. Lucu. Oh iya, pernah juga aku menulis ucapan selamat ulang tahun untuknya yang isinya begitu lebay di ponsel lamaku. Ah, sayang sekali memonya sudah terhapus. Alangkah lebih baik kalau aku membagikannya kepada kalian. Kalian pasti akan tertawa membacanya.
Penggemarnya banyak. Banyak sekali dan aku nyempil di antara mereka, tapi tidak fanatik seperti dulu. Apalagi dia sudah pensiun menjadi atlet tepat saat setelah olimpiade Rio 2016. Sedih ya pasti. Jangan ditanya lagi hahaha. Dia menikah di tahun 2017. Hampir tepat setahun setelah dia tidak tergabung lagi di Tim Nasional Korea. Mungkin menikah juga menjadi salah satu alasannya pensiun waktu itu. Kalau kalian penasaran, lengkapnya cari sendiri saja.
Ini foto waktu Lee Yong Dae ikut tour terakhir level super series dan itu di Indonesia. Gila, keren kali. Aku masih ingat bagaimana ramainya istora saat itu, ya walau aku cuman nonton di TV saja. :( Tapi tidak masalah, karena saluran TV waktu menayangkan match nya dengan sangat lancar jayaaaaa. Bayangkan coba, kalau saat itu yang muncul malah semut abu-abu :)

sumber : https://www.liputan6.com/bola/read/2524380/deretan-foto-lee-yong-dae-selama-indonesia-open-2016
Waktu itu memang yang paling memorable. Banyak nama-nama melegenda yang sekarang sudah tidak dijumpai di lapangan lagi. Sebut saja Owi Butet, kalian pasti tahu lah yang mainnya paling ditunggu-tunggu apalagi dengan tepukan khas istora. Dulu trend "eaaa-eaaa" masih belum ada. Beuhhh mantap. Zhang Nan dan Zhao Yun Lei yang penuh gelar tapi akhirnya dramatis, dua kembar Luo Ying dan Luo Yu. Bibi Poli yang waktu itu pasangannya masih Nitya Krishinda Maheswari, ada Chen Long and his wife Whang Shixian. Ahjussi keren Lin Dan, Li Xuerei, Ayaka Takahasi dan Misaki Matsutomo dan terakhir jangan lupakan ahjussi cool sangat cool banget idola mama dan tanteku Fu Hai Feng.
Bonus pict waktu Indonesia Open yang langsung mendapatkan sambutan riuh dari penonton di istora waktu itu. AAAAAAAAAAAAAAAAA *dalam hati teriak juga wkwkw. Kalau dulu waktu liat di TV teriak dalam hati, ya kalau sekarang kalau liat gambar ini lagi ya, diliatin sambil senyum aja tidak lupa untuk istigfhar juga.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar