Selasa, 28 Februari 2023

Halaman Kedua : Queen of Korean Drama

 

I am awake in the infinite cold, then I wake up at 12.51 a.m. I remembered that I had not written in my lovely blog, so I am going to write, I use english so this page may be shorter page then others and this page will not end here. I am going to talk about Korean drama. I have been watching Korean drama for about fourteen years. I started to watch it when I was six years old. When I was in senior high school, my friends dubbed me “Queen of Korean drama” because at the time I had watched a lot of dramas than others. I love Korean drama because it always has an impressive line, meaningfull soundtrack, soft instrument and unpredictable ending.

 The first Korean drama that I watched was “The Queen of Seondeok” I remembered when I, my mom, my aunt and my friend’s mother were being in living room to watch that drama. All of we were able to watch it on one of the national TV channel. You can call it “Ikan Terbang” channel. It was a vessel of Korean drama. We did not need to use subtitle because the drama was already dubbed. Since I watched my first Korean drama, I could not stop it. It seems like a poppy that made me addicted.

At the time, it was not an easy thing to watch Korean drama after a national TV channel stopped to show it. I remembered when I was in elementary school, I had to save money to buy a DVD. Yes. I used DVD to watch Korean drama and it was "Rooftop Prince". Then whan I was in senior high school, I stopped to buy DVD because I had a another ways to watch Korean drama. I downloaded it on a website who had a lot of ads. A lot of ads that made me had to be patient everytime. Bisedes  that, I also gave my flashdisk to my firend whose mother is an uploader (uploader is a name given to people who always upload Korean drama on social media such us Facebook). Now, people can easly find Korean drama on Telegram, even though some people do not justify it because it is illegal too. Actually, I never judge people who watch drama on Telegram because I also do the same thing.

I prefer historical drama to modern. I like when I see the actresses use hanbok (A traditional clothing from South Korea) with a hairpin and ornament that hangs in hanbok. There was always a new drama when previous one ended. One time A new drama was “Dong Yi”. One of the best drama I ever watched. Eeven if i watch it again and agin with a lot of episodes, I will never be bored. Dong Yi was so popular and some of you might know it. My friend ever told me that her mother loved that drama too, so her mother would go to her neighbor's house to watch it togeteher.

Honestly I learned a lot from that drama. That drama was about a kind women named Dong Yi. She was a water maid in a palace who accidentally met king Sukjong. Slowly, king Sukjong falled with her. Dong Yi thought that she did not deserve to king because of her background. This drama is a truly a Korean history. You can search on google who is "Dong Yi"? and you will find that she is a one of the highest royal concubine. It taught me that the most important thing is kindness and no matter what your social status is you will always be able to reach your dream.

I do not think it is enough to write one of my hobbies on one page only, so see you in the next page on “Catatan Nihla” 

Nihlaa <3

 

 

 

Jumat, 17 Februari 2023

Halaman Pertama : Kenapa Jurusan Kimia?

         Hai. Apa kabar? Jangan lupa bersyukur ya teman-teman. Seperti judulnya, di catatan pertama ini aku akan menulis awal mula yang mengantarku sampai ke tempat di mana aku berada sekarang. Ya, saat bagian ini kutulis, aku sedang duduk di dalam ruang kelas, dan lagi-lagi hujan.Februari tahun ini meninggalkan banyak sekali genangan tapi tidak untuk kenangan. Sesuai judul di halaman ini, aku akan menjawab pertanyaan yang sedari dulu masih terus terdengar di kupingku yang dulu selalu membuatku ingin menangis jika mendengarnya terus-menerus. Sekarang tidak lagi. Semoga saja halaman ini bisa menjadi pembelajaran untuk kalian, terebih lagi untuk saya,

        Aku melanjutkan halaman ini sembari mendengar alunan instrument Titanic di youtube yang durasinya tiga jam karena aku tahu, halaman ini akan cukup panjang. Alunannya lembut sekali. Baiklah, sepertinya prakataku terlalu panjang. Mungkin sebaiknya aku mulai dari seorang gadis kecil berusia lima tahun yang jika ditanyai tentang cita-citanya, ia akan menjawab 'guru' yang seiring waktu jika ditanya kembali, dia akan menjawab 'dosen' lalu pada akhirnya, saat orang-orang mulai menyerbunya dengan pertanyaan yang sama ia menjawabnya dengan tegas 'guru..' lalu menyambung perkataannya di dalam hati '...besar' lalu tersenyum dan mengaminkan diam-diam.

      Saat usianya tiga belas tahun ia mengikuti olimpiade sains bidang IPA padahal ia tahu betul bahwa hatinya lebih memilih matematika sama seperti waktu ia masih mengenakan seragam merah putih. Lalu sejak saat itu setiap pulang sekolah ia harus mendapat bimbingan lebih tentang materi olimpiade IPA dan mulai membiasakan diri dengan hal-hal seputar atom, bakteri, gaya, dan yang lainnya. Namun, bukan berarti ia mulai menyukainya, dia hanya akan semangat jika berhadapan dengan materi yang berkaitan dengan tumbuhan. Tidak lebih. 

        Dua tahun berlalu, dan gadis kecil tadi mulai beranjak dewasa tapi hanya sedikit yang berubah. Di bangku SMA ia tidak berhadapan dengan IPA lagi, tapi fisika, kimia, dan biologi. Entah kenapa baginya ketiga pemekaran IPA tersebut memiliki daya tarik tersendiri padanya. Menyenangkan. Dia suka ketiganya, sampai suatu saat di tahun pertama sekolahnya ia ditunjuk lagi untuk mengikuti olimpiade sains biologi, lalu di tahun keduanya ia dipercayakan kembali untuk mengikuti olimpiade sains tetapi dengan bidang yang berbeda. Kimia.  Lambat laun, ia mulai akrab dengan hal-hal seperti asam, basa, titrasi, elektrolit, karena ia juga tergabung dalam kelompok ilmiah remaja yang berfokus pada bidang kimia. 

        Dia punya cita-cita dan semua orang berhak akan hal itu. Dia juga punya mimpi dan semua orang pun juga berhak atas hal tersebut. Sedari dulu, jika ditanya tentang cita-cita dan bidang apa yang ingin dia geluti, jawabannya tidak pernah berubah. She wants to be a teacher dan dia tahu, di mana tempat yang akan ia tuju untuk mewujudkannya dan selama belasan tahun jawabannya sama sekali tidak pernah berubah. Kampus orange. Hingga suatu saat, ia mengikuti sebuah webinar yang mengubah pemikiriannya. Padahal, itu bukan kali pertama baginya.

        Dia mulai bermimpi lagi tapi kali ini mimpinya tidak lagi sama. Ada yang berubah, pemikiran yang sontak membuat hatinya juga ikut berubah. Oktober 2020. Ia ingat dengan jelas awal mulanya dan menyimpannya sebagai memori sampai saat ini. Dari sana, perlahan ia mulai mencari tahu, lalu lebih dalam, dan lebih dalam lagi. Suatu saat, ia menceritakan mimpi-mimpi barunya kepada ibunya. Tentu ibunya tidak setuju karena baginya itu terlalu jauh, terlebih lagi pilihan yang ia sebutkan tersedia di daerahnya, lantas kenapa harus menyebrangi pulau? Tapi pada akhirnya ibunya mengiyakan.

        Hari terus berganti, pandemi di waktu itu kian melonjak ditambah bencana alam yang sampai saat ini masih menyisakan memori yang pedih nan kelam. Tentu, ia juga tidak lupa bahwa waktunya untuk menentukan pilihan akan segera tiba. Semangat yang telah ia pupuk di awal mulai luntur. Semakin ia mencari tahu, semakin tumbuh rasa cintanya, tapi semakin tumbuh pula keraguannya. Ia sendiri tidak tahu, kenapa tiba-tiba hatinya menjadi ragu untuk berlabuh menggeluti dunia obat-obatan di sebrang pulau. Dia mulai bertanya kembali pada dirinya, apa dia bisa? apa dia mampu?  dan apakah itu benar-benar yang terbaik baginya?

        Pertanyaan-pertanyaan itu terus mengganggu dirinya, hingga ia memutuskan untuk bertanya kepada orang-orang yang menurutnya lebih paham. Siang malam bertukar pesan, dan sisa waktu untuk menyelesaikan pilihannya tinggal seminggu lagi. Akan tetapi, hatinya tidak bisa tenang, sejak malam itu tidurnya selalu terganggu dan ia selalu menangis. Dia sendiri bingung, tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya sendiri. Berulang kali ia bangun pada pukul 02.00 subuh hanya untuk menekan tombol biru atas impiannya pada dunia obat-obatan yang telah membuka matanya, tapi tidak bisa. Dia tidak bisa dan tidak sehebat orang-orang di luar sana yang dengan sigap menyelesaikan dan memantapkan pilihannya.

        Hari demi hari berlalu, teman-temannya sudah  selesai dengan pilihan mereka masing-masing dan telah melewati tahapan finalisasi yang semestinya memang segara dilakukan mengingat portal SNMPTN saat itu akan ditutup tiga hari lagi. Akan tetapi, gadis remaja yang akan beranjak dewasa itu masih saja bingung apakah ia akan kembali pada pilihan pertamanya, yang selama belasan tahun belum pernah goyah, atau ia akan memilih impian baru yang entah mengapa membuatnya begitu kagum. Bahkan, ibunya berulang kali bertanya, "sudah?" yang dibalas dengan gelengan kepala. Saat ibunya bertanya alasannya, ia akan diam saja. Sampai suatu saat perempuan itu berjanji bahwa besok dia benar-benar menyelesaikan pilihannya. 

        Dia sempat bertemu gurunya di sekolah. Seorang guru yang benar-benar berharap lebih padanya. Itu terlihat jelas. Seorang guru yang selalu mendukungnya untuk terjun ke dunia medis. Padahal, dunia medis yang dibicarakan gurunya tidak pernah terbayang di benaknya. Sebenarnya, bukan beliau saja yang menyarankannya untuk menggeluti bidang tersebut tetapi orang-orang di sekitarnya seperti kerbat dan para tetangganya. Ya, tapi mau bagaimana? Baginya setiap orang memiliki kecenderungan dan ketertarikan yang berbeda-beda, dan itu hal yang wajar menurutnya.

        Di suatu malam ia menundukkan kepala, bersujud meminta arahan. Perempuan yang dilanda kebingungan itu melaksanakan shalat istikhara, memohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa atas segalanya, kepada Dia yang mampu membolak-balikkan hati yang selalu memberikan jalan terbaik bagi para hamba-Nya. Akhirnya, dia menyelesaikan pilihannya dan saat ini ia hampir menyelesaikan catatannya. Ya, itu aku yang dari membaca judulnya pun kalian pasti sudah menebak. Aku ingin membuat pengalaman ini menjadi memori dan agar kalian tahu, untuk sampai di tahap ini pun juga tidak mudah bagiku. Aku juga akan melampirkan beberapa percakapan yang sangat berharga bagiku dan kuharap bisa menjadi pelajaran juga untuk kalian.


        


Aku harap dari sini kalian bisa mengerti maksudku, dan satu lagi. Aku percaya kalau Tuhan itu Maha Baik, dia selalu memberikan yang terbaik bagi kita. Percaya deh. 

Salam dariku, mahasiswa tingkat empat jurusan kimia who learns about chemistry but haven't found chemistry with someone else. Hahahah. See You 

Nihlaa<3


Minggu, 12 Februari 2023

Ini Nihla, Bukan Sunbee

 Halo, ini Nihla bukan Sunbee.

     Sunbee. Satu kata yang memiliki dua makna. Saya lupa, sejak kapan kata ini ada bahkan menjadi salah satu 'identitas' yang selama ini kugunakan. Saya tahu kalau kalian sudah tahu kalau Sunbee itu gabungan dari dua kata. Benar, 'sun' dan 'bee' yang kalau diterjemahkan artinya adalah 'matahari' dan 'lebah'. Jika ada yang bertanya, kenapa harus dua frasa ini, jawabannya adalah karena saya suka. 

    Saya suka lebah karena lebah itu lucu, manis, lincah dan 'jejaknya' dengan mudah ditemukan. Terlebih lagi lebah itu penebar manfaat. Saya harap juga begitu, walaupun tidak banyak dan besar setidaknya saya bisa memberi manfaat bagi orang lain. Lebah semestinya bergandengan dengan daisy atau spesies bunga lainnya, tetapi saya lebih memilih kalau lebah dipasangkan dengan matahari. Padahal, lebah mana bisa terbang jauh menuju matahari. Matahari itu jauh sekali, panas, pokoknya beda. Akan tetapi, dengan matahari lebah-lebah bisa merasakan hangat, bisa menjadi penunjuk arah sehingga lebah bisa menebar manfaat dan tahu kapan waktu yang tepat untuk 'pulang'. 

    Menurutku keduanya adalah perpaduan yang pas, bukan sempurna. Ya, karena mau sampai kapan pun matahari itu terlalu tinggi dan terlalu jauh untuk lebah. Jadi, tidak ada salahnya jika mereka berdua dekat di dalam suatu kata, lalu menjelma menjadi identitasku yang kemudian dikenal oleh sebagian kecil manusia. Tidak banyak.

    Tujuanku membuat wadah baru yang sama sekali tidak akan menggunakan nama sunbee lagi setelah halaman ini, adalah hanya karena aku ingin bercerita tanpa bersembunyi lagi. Saya ingin menulis semuanya tanpa harus membuat kamuflase dengan bantuan sunbee yang orang-orang pun sebenarnya tidak akan paham. Mungkin. Hanya saja, mulai dari sini, aku akan menulis secara gamblang. Tidak akan ada lagi pelabuhan, plaza, burung putih, dunia bunga yang semuanya adalah kamuflase dalam dunia sunbee yang kugunakan karena aku terlalu banyak takut, tidak berani dan juga malu. 

Kalian jangan khawatir, sunbee helping akan selalu ada selama 'dia' masih ada. Akan tetapi sekarang, di 'wadah' ini hanya akan ada Nihla dan catatannya tentang hal-hal random yang terpikirkan olehnya. Tidak ada yang begitu istimewa, nantinya catatan ini hanya akan menjadi memori yang mungkin jika panjang umur dan kubaca kembali di tahun 2045 aku akan tertawa geli. Sebagai perayaan kecil, aku menampilkan sebuah foto yang ingin kutunjukkan karena aku ingin.

    Sampai jumpa di halaman berikutnya.

    Nihlaa <3


Halaman Keenam : Akhir

Sudah hampir 1 tahun tidak menulis :) Padahal banyak sekali yang terjadi. Kurang konsisten. Jadi, mari kita akhiri halaman ini. Semoga sehat...