Minggu, 14 Juli 2024

Halaman Keenam : Akhir

Sudah hampir 1 tahun tidak menulis :) Padahal banyak sekali yang terjadi. Kurang konsisten. Jadi, mari kita akhiri halaman ini. Semoga sehat semuanya. Jangan lupa bersyukur. May Allah bless all of us :)

Senin, 24 Juli 2023

Halaman Kelima : Lee Yong Dae (Bulu tangkis)

Bulu tangkis itu permainan yang menyenangkan, karena lawannya adalah dirimu. ->Secuil kenangan.

Empat bulan lebih telah berlalu, sejak aku berjanji akan menulis tentang topik yang satu ini. Sebenarnya aku berniat untuk menulis tentang pengalamanku selama empat bulan terakhir ini. Akan tetapi, aku ingat dengan jelas bahwa aku pernah berjanji untuk membuat satu halaman khusus tentang bulutangkis. Tentu aku tidak perlu mendefinisikan kata tersebut, kan? Harus mulai darimana ya? Oh, mungkin saat mamaku pertama kali membelikanku satu set mainan bulutangkis yang isinya sepasang raket dan juga sebuah shuttlecock berbahan dasar plastik ketika usiaku sekitar enam tahun.  

Beberapa waktu ke depan aku baru menyadari kalau raket yang kupunya berbeda dengan teman-teman seusiaku. Raket mereka terbuat dari kayu dan ada juga yang terbuat dari logam dengan senar yang sepertinya dari nilon. Aku menonton teman-temanku bermain bulu tangkis dengan jajaran sandal yang dijadikan sebagai garis pembatas. Sangat seru sekali. Saat kusadari bahwa hanya raketku adalah satu-satunya yang berbeda, aku akhirnya memutar langkah dan kembali ke rumah.

Aku tidak ingat, kenapa pada akhirnya aku bisa bermain bulu tangkis dan ikut bergabung dengan teman-temanku yang lain. Entah siapa yang mengajarkanku, aku sendiri lupa. Namun, hal itu benar-benar salah satu yang terbaik. Saat jam menunjukkan pukul empat sore, ketika aku sudah mandi dan segera bergegas ke rumah temanku yang halamannya sangat luas sekali. Kami semua bermain bulu tangkis disana. Berhubung pemilik rumah adalah orang terkaya di lingkunganku, kalau tidak salah ingat waktu itu dia yang menyediakan kami raket dan shuttlecock-nya. Benar-benar sangat seru sekali karena waktu itu teman-teman masa kecilku masih lengkap. Belum ada yang merantau, apalagi menikah. Akan tetapi, ya mau bagaimana lagi? Namanya hidup ya tidak melulu tentang kata selalu. Lambat laun yang tersisa hanyalah kata dulu.

Beralih dari sana, tiba-tiba aku jadi suka menonton pertandingan bulu tangkis yang biasa disiarkan di televisi. Mungkin tahun 2013 adalah tahun pertama aku menyaksikan match bulu tangkis yang tidak dilaksanakan di Indonesia. Fox Sport ya kalau tidak salah? Aku lupa. Sejak saat itulah, aku selalu menonton pertandingan bulu tangkis kelas dunia level Super Series dan berlanjut hingga saat ini. Waktu itu saking semangatnya menonton, aku sampai mencatat atlet yang mendapat gelar juara di buku catatan kecilku. Aku juga mencatat rangking BWF untuk kelima sektor. Untuk apa? Ya, aku juga tidak tahu. Aku melakukannya karena aku ingin dan aku suka.

And at last, untuk pertama kalinya aku mengidolakan seorang atlet dari sektor men's doubles. Jika teman-teman SMP ku membaca ini, kalian pasti sudah bisa menebaknya. Benar, siapa lagi kalau bukan Lee Yong Dae. Tentu saja aku mengidolakannya karena ya, kalian bisa menebaknya sendiri. Dia terlalu keren saat di lapangan. Pesonanya beda, aku tidak bisa menahan senyumku saat melihatnya bermain. Oh tidak. Aku jadi teringat saat aku begitu fanatik dengan dirinya di masa lalu :( Tidak untuk dicontoh, tapi untuk dikenang saja karena itu sangat menggelikan.

Salah  satu yang paling berkesan adalah, saat Lee Yong Dae dan partnernya Yoo Yeong Seong keluar menjadi juara dengan match yang sangat membuat ku deg-degan. Aku lupa detail ajangnya, yang pasti waktu itu sudah babak final. Aku sungguh sangat mengidolakannya waktu itu, jadi ketika dia menang di set ketiga spontan saja aku sujud syukur. Huhuhu, mengingatnya membuatku menjadi merasa malu apalagi waktu itu aku menontonnya bersama dengan bapak kumisku.

Membahas Lee Yong Dae dan aku yang mengenalnya di masa lalu itu semestinya tidak ada habisnya. Apalagi saat setelah pertandingan aku selalu bercerita ke teman kelasku betapa hebatnya dia bahkan aku pernah memeragakan pukulan-pukulannya. HAHAHA. Lucu. Oh iya, pernah juga aku menulis ucapan selamat ulang tahun untuknya yang isinya begitu lebay di ponsel lamaku. Ah, sayang sekali memonya sudah terhapus. Alangkah lebih baik kalau aku membagikannya kepada kalian. Kalian pasti akan tertawa membacanya.

Penggemarnya banyak. Banyak sekali dan aku nyempil di antara mereka, tapi tidak fanatik seperti dulu. Apalagi dia sudah pensiun menjadi atlet tepat saat setelah olimpiade Rio 2016. Sedih ya pasti. Jangan ditanya lagi hahaha. Dia menikah di tahun 2017. Hampir tepat setahun setelah dia tidak tergabung lagi di Tim Nasional Korea. Mungkin menikah juga menjadi salah satu alasannya pensiun waktu itu. Kalau kalian penasaran, lengkapnya cari sendiri saja.

Ini foto waktu Lee Yong Dae ikut tour terakhir level super series dan itu di Indonesia. Gila, keren kali. Aku masih ingat bagaimana ramainya istora saat itu, ya walau aku cuman nonton di TV saja. :( Tapi tidak masalah, karena saluran TV waktu menayangkan match nya dengan sangat lancar jayaaaaa. Bayangkan coba, kalau saat itu yang muncul malah semut abu-abu :)

 sumber : https://www.liputan6.com/bola/read/2524380/deretan-foto-lee-yong-dae-selama-indonesia-open-2016

Waktu itu memang yang paling memorable. Banyak nama-nama melegenda yang sekarang sudah tidak dijumpai di lapangan lagi. Sebut saja Owi Butet, kalian pasti tahu lah yang mainnya paling ditunggu-tunggu apalagi dengan tepukan  khas istora. Dulu trend "eaaa-eaaa" masih belum ada. Beuhhh mantap. Zhang Nan dan Zhao Yun Lei yang penuh gelar tapi akhirnya dramatis, dua kembar Luo Ying dan Luo Yu. Bibi Poli yang waktu itu pasangannya masih Nitya Krishinda Maheswari, ada Chen Long and his wife Whang Shixian. Ahjussi keren Lin Dan, Li Xuerei, Ayaka Takahasi dan Misaki Matsutomo dan terakhir jangan lupakan ahjussi cool sangat cool banget idola mama dan tanteku Fu Hai Feng.

Bonus pict waktu Indonesia Open yang langsung mendapatkan sambutan riuh dari penonton di istora waktu itu. AAAAAAAAAAAAAAAAA *dalam hati teriak juga wkwkw. Kalau dulu waktu liat di TV teriak dalam hati, ya kalau sekarang kalau liat gambar ini lagi ya, diliatin sambil senyum aja tidak lupa untuk istigfhar juga.

Sabtu, 11 Maret 2023

Halaman Keempat : Serba-serbi Rangking Satu

 

Minggu kedua di bulan Maret bersama  terik yang menyengat kulit. Musim hujan sudah pergi sejak beberapa hari yang lalu, seolah memberi tanda bahwa beberapa bulan ke depan ia tidak akan kembali, membuat orang-orang yang pernah mengutuknya akan merindukan dan menanti kehadirannya kembali. Aku ditemani kipas angin saat menulis halaman ini di kamar kosku. Oh iya, jangan lupakan lampu belajar biruku juga turut serta menemaniku.

Mungkin halaman ini akan menjadi halaman yang cukup panjang. Bagian ini merupakan bagian favoriteku. Aku tidak bermaksud untuk memamerkan, menyinggung, atau bahkan mengungkit hal-hal yang telah terjadi di masa lalu tetapi aku hanya ingin mengabadikan beberapa hal menjadi sebuah catatan yang mungkin saja akan membuat mereka yang membaca ikut larut dan berdamai dengan semua yang pernah terjadi dari kacamataku sendiri. Aku peringatkan jika kalian memiliki firasat buruk dengan tulisanku silakan berhenti di paragraf ini.

Orang-orang menyebutku pintar karena sejak kelas satu SD di tahun kedua sampai tahun terakhir aku mengenakan seragam putih abu-abu, predikat itu selalu menempel denganku. Ya, predikat yang diberikan kepada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi di kelas atau antar kelas dari akumulasi semua mata pelajaran. Predikat rangking satu yang menjadi tolak ukur kecerdasan untuk sebagian orang. Aku setuju jika predikat itu memang menjadi tolak ukur sebuah kecerdasan tetapi bukan satu-satunya. Kecerdasan tidak dapat diukur hanya dengan mengait predikat rangking satu. Aku akan membahasnya lain kali.

Salah satu temanku pernah bertanya, apa yang harus ia makan jika ingin mendapat rangking satu di kelasnya. Tidak salah menanyakan itu, tetapi dibanding pertanyaan tentang apa yang harus dimakan, kenapa tidak bertanya tentang apa yang harus dipelajari atau dimana dia harus mengikuti kursus agar nilai Bahasa inggrisnya diatas sembilan puluh. Yaa, karena dia bertanya tentang makanan makanya kujawab asal dengan menyebutkan makanan favoriteku. Martabak telur depan Bank BNI. Dia terdiam sebentar, lalu kita berdua tertawa bersamaan. Aku jadi berpikir juga, kok bisa? Apakah mungkin karena acara TV favorite ku di hari minggu adalah Rangking 1? Acara TV yang membuatku membeli buku catatan yang lucu sebab semua pertanyaan dan jawabannya pasti akan kucatat di buku itu.

Dulu aku adalah tipe anak yang rajin. Semasa SD, setiap pulang sekolah hingga malam, aktivitasku terlepas dari kewajiban hanyalah tidur siang, belajar dan menonton drama korea. Aktivitas yang tidak pernah membuatku jenuh dan bosan. Saat kelas satu sampai tiga SD pun aku dituntut untuk mendapatkan nilai yang paling tinggi di kelas. Ada masa dimana saat pertama kali tugasku mendapat nilai nol, aku berpikir lebih baik jika kabur dari rumah saja karena aku takut berhadapan dengan mamaku. Hahaha. Aku tertawa jika mengingat kejadian itu kembali. Saat kelas empat SD, mamaku yang selalu mengingatkanku untuk belajar tiba-tiba berubah drastis. Beliau malah menyuruhku untuk bermain dan tidak melulu membaca buku. Tentu satu hal yang mengagetkan, bahkan ada masa dimana mamaku menyuruhku untuk berhenti  belajar. Seperti bom saja. Mengagetkan.

                Pengunguman peringkat di SD dulu selalu menjadi hari yang paling menegangkan bagiku. Bagaimana tidak? Peringkat enam besar per kelasnya selalu diumumkan di lapangan sekolah dan itu benar-benar disaksikan oleh seluruh siswa dan orang tua yang hadir. Oh sungguh. Aku ingat waktu aku pertama kali mendapat peringkat satu yang membuat mamaku sangat senang begitu pun denganku. Aku berlari menuju tengah lapangan untuk menerima bingkisan dari guruku. Karena kejadian itu, aku dibelikan sepeda. Oh iya, kalian harus tahu, jika mendapat rangking satu aku akan dapat hadiah juga dari keluargaku seperti uang, tempat pensil baru, dan pernah juga sebuah ponsel bermerk cross lix yang dibelikan mama ajiku saat kelas lima SD yang merupakan hadiah rangking satu terakhirku.

Banyak yang terjadi, ada saat dimana aku kaget ketika statusku sedang dalam masa orientasi siswa baru dan ketua osis SMP mengenaliku dan memanggilku dengan sebutan si rangking satu. Sebagai 'anak baru' tentu saya sangat senang bisa dikenal dan dipanggil oleh ketua OSIS. Lalu, pernah juga suatu saat ketika selesai sholat Ied, aku menyapa temanku yang sedang berjalan dengan teman-temannya. Dia laki-laki dan temannya nampak kaget saat aku menyapa temanku itu.  Saat aku berlalu, aku bisa mendengar temannya yang kaget tadi bertanya seperti ini. Dia rangking satu kan? Kenapa kalian bisa saling kenal? Mendengar orang-orang yang kadang kala memanggilku seperti itu tidak membuatku senang dan juga tidak membebaniku.

Sepertinya kehidupan si rangking satu itu berjalan mulus seolah tidak ada hambatan bukan? Salah. Kalian salah besar. Lantas, apakah dengan menggandeng predikat rangking satu, hari-hariku berjalan dengan penuh tawa, tenang atau terhindar dari bullying? Tentu tidak. Inilah poin yang ingin aku sampaikan. Mengutip dari detikjabar.com bullying memiliki beberapa kategori salah satunya adalah kontak verbal langsung yang perlakuannya dapat berupa julukan nama, celaan, sarkasme, mengejek, mencela, atau merendahkan. Tentu saya pernah mengalaminya dan sisi yang paling menarik adalah pelaku yang merupakan teman yang boleh dibilang dekat denganku. Kalian tidak perlu berpikir keras, karena aku bahkan tidak menyebutkan secara gamblang tentang siapa, kapan, dimana dan berapa lama hal tersebut terjadi.

Tentu sebagai perempuan yang sangat mudah menangis perasaanku tidak baik-baik saja kala itu. Walaupun dengan fisik dan rupa yang memang sesuai dengan standar yang beredar di masyarakat bukan berarti mereka bisa seenaknya berbicara tentang kekuranganku. Kesal? Tentu. Mau marah? Mau, tapi rasanya aneh karena apa yang mereka katakan memang benar. Padahal dulu, aku sempat beranggapan seperti ini. Jika tidak ingin diusik oleh orang lain, setidaknya ada tiga hal yang harus dimiliki. Pertama, penampilan yang harus sesuai dengan standar masyarakat. Kedua, uang yang banyak disertai dengan kekuasaan, dan terakhir adalah jadi orang pintar yang dibutuhkan. Oleh karena itu, dengan menjadi rangking satu kupikir hari-hariku akan baik-baik saja. Tapi, ternyata salah. Salah besar.

Anggapan itu tumbuh dengan subur di kepalaku, sampai ada hari dimana semuanya terpatahkan begitu saja. Aku menulis ini, karena beberapa hari ini aku selalu mendengar cerita tentang bullying yang terjadi di sekitar orang-orang terdekatku yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan pengalamanku dulu. Dengan cerita-cerita itu aku menyadari bahwa bukan kekurangan yang menjadi alasan dibalik tindakan pembullyan atau semacamnya. Hanya ada dua kemungkinan yang masuk akal bagiku, pertama karena pelaku iri atau menaruh rasa tidak suka dan yang kedua adalah karena tindakan bullying merupakan sumber kesenangan bagi mereka yang melakukannya.

 Saat duduk di bangku SMP ada masa dimana aku merasa bahwa Tuhan tidak adil padaku berkat perkataan yang benar-benar menusuk. Aku ingat ada masa dimana setiap malam saat lampu padam, aku terus menangis dan bertanya dalam hati kenapa harus aku orangnya. Kenapa harus aku yang mengalaminya? Kenapa tidak orang lain saja? Berulang kali aku mencari jawaban, kenapa aku harus diciptakan dengan bentuk yang seperti ini. Proses yang panjang untuk mencari jawaban dan memahami semuanya. Salah satu kesalahan terbesar yang kuharap kalian tidak pernah melakukannya. Kesalahan yang terjadi karena aku tidak bersyukur dengan pemberian Tuhan yang kumiliki saat itu.

Pada akhirnya aku paham dan menerima. Aku sangat bersyukur karena bisa lepas dari masa-masa itu. Aku berharap kalian yang juga pernah menjadi bagian dari aksi bullying bisa lepas dan perlahan sembuh dari rasa sakitnya. Ya, mungkin membutuhkan waktu yang lama tapi kalian harus percaya bahwa bersyukur dan mengikhlaskan semua hal pahit di masa lalu adalah obat yang paling ampuh atas semua rasa sakit yang masih tersisa saat ini. 

Terakhir aku melampirkan beberapa foto yang memorable untukku. Foto yang memiliki ceritanya masing-masing. Dariku.

Nihlaa<3

                        Foto waktu ikut lomba Rangking 1 di kelas 4 SD. Memorable gak tuh?


 Foto bersama nene aji nih. Bajunya tuh spesial karena dibelikan om waktu hadir di event Trans TV yang menaungi acara Rangking 1.


                            Foto waktu pengunguman peringkat di kelas 6 SD semester akhir

 

Dan ini foto paling memorable karena diambil pas lagi galau-galaunya mikirin jurusaan. Hahaha.
 


 

 

Rabu, 08 Maret 2023

Halaman Ketiga : Memori Rol ke Depan

 

Dulu, waktu SD kalian suka pelajaran olahraga tidak? Kenapa? Apa karena kalian ahli atau karena olahraga tidak pernah menyinggung persamaan kuadrat dua variabel sehingga kalian menyukainya? Anak laki-laki itu pasti suka dengan pelajaran olahraga, benar tidak? Ya, karena selama bersekolah dulu memang itu fakta yang kuamati. Mulai dari permainan bola kecil, bola besar, catur, atletik ; lari lompat lempar yang sangat kuhindari sampai senam lantai seperti sikap lilin, rol ke depan dan belakang, yang kalau mendengarnya akan dipelajari minggu depan hatiku sangat kacau. Seperti balon hijau yang sudah tahu kalau di akhir lagu dia pasti akan meletus.

Waktu umurku delapan tahun, pelajaran olahraga selanjutnya adalah rol ke depan. Aksi yang sangat tidak bisa kulakukan sejak kecil, padahal teman-teman ku terlihat dengan sangat mudah melakukannya. Tentu saja aku kelewat khawatir, yang kupikirkan hanyalah bagaimana caranya agar badanku bisa terguling dengan baik tanpa cedera sedikit pun. Berhubung om ku adalah seorang guru olahraga di SMA, tentu aku memintanya untuk mengajariku dan dengan sigap dia menggulingkan badanku sacara perlahan. Lalu SYUUUTTTT.

Aku terguling dengan sempurna dan tentunya dengan perasaan yang masih tidak percaya saat melihat seolah dinding rumahku ikut berputar. Aku akui rasanya sedikit pusing. Aku mulai mencobanya sendiri tanpa dibantu, tapi bukannya terguling ke depan, badanku malah terjatuh ke samping. Garis bawahi, hanya terjatuh tidak ada gulingan sama sekali. Hal itu membuat orang-orang rumah tertawa. Tiba-tiba adik perempuanku yang sangat perkasa, tomboy, dan kuat mengajariku. Akan tetapi, mau berapa kali pun aku mencoba hasilnya tetap sama. Luruskan tangan, tekuk kepala ke bawah tapi jangan menyentuh kasur, lalu jatuhkan badan ke depan dengan posisi siku yang harus melebar dan harus kuat menahan badan. Saya membaca teorinya berulang kali tapi tetap tidak bisa hingga aku menyerah dan menerima fakta bahwa rol ke depan adalah salah satu hal mustahil untuk kulakukan.

Hingga tiba hari di mana seragam yang kugunakan pagi itu adalah kombinasi jingga putih. Hari dimana aku harus mempraktekkan mimpi buruk itu. Tentu teman-temanku sangat lihai melakukannya. Amirah, Tika, dan Naya dengan mudah melakukannya. Naya melakukan rol ke depan dengan sangat baik dan sempuran dan naasnya adalah fakta bahwa giliranku tepat sesudah gilirannya. Tentu tekananku semakin bertambah dong. Melihatnya yang lincah  begitu. Tapi ya, dengan tangan yang sudah keringat dingin, aku menaiki matras berwarna biru, lalu mulai mengambil posisi awal. Tentu kalian sudah bisa menebak hasilnya. Badanku hanya terjatuh ke samping yang membuat teman-temanku tertawa dan aku pun begitu.

Akhirnya guru olahragaku yang super baik dan ramah membantuku untuk melakukan rol ke depan. Satu. Dua. Tiga. Guruku menghitung dan Yesss! Aku berhasil dengan bantuan guruku. Kupikir berjalan mulus, ternyata tidak begitu. Kulihat di belakang sana guruku memegangi pipinya sambil tertawa melihatku. Katanya begini, duh bahaya kamu ini, kakimu sampai di pipiku. And it was! Ternyata dengan tidak sengaja, kakiku mengenai wajah guruku yang membuatku langsung meminta maaf, karena jujur aku sendiri tidak mengira kalau kakiku akan melayang dan mendarat tepat di pipi guruku. Akan tetapi guruku masih tetap tertawa begitu pun temanku.

 Sejak saat itu, aku benar-benar membuktikan perkataan mamaku yang mengatakan bahwa beliau adalah orang yang benar-benar sabar dan tidak pernah marah. Ya, saat mamaku SD beliau juga lah yang mengajarinya. Terlebih lagi, beliau juga merupakan teman dari kakekku. Aku menulis ini, biar aku dan teman-temanku tetap mengingat beliau yang sekarang sudah menjadi kepala sekolah di SD yang lain. Terakhir saat aku mengecek beranda media sosialku, aku melihat beliau tengah menjalankan ibadah di tanah suci.

Cerita yang sama sekali tidak boleh pudar dan termakan waktu. Satu hal yang bila kuingat kembali malah akan mendatangkan rasa syukur, karena pernah berada di masa itu. Aku harap, beliau dan teman-teman yang sempat membaca ini senantiasa diberikan umur yang panjang disertai dengan keberkahan di dalamnya supaya semakin banyak cerita-cerita yang jika dikenang kembali akan selalu menerbitkan sebuah senyuman.

Lantas, apakah sampai saat ini aku benar-benar tidak bisa rol ke depan? Tentu tidak. Ada masa dimana aku bisa melakukannya tanpa bantuan orang lain setelah belajar habis-habisan, karena aku tahu di usia tiga belas tahun aku tidak mungkin dibantu guruku lagi karena badanku sudah tidak kecil seperti dulu lagi. Saat berhasil melakukannya, setiap hari sepulang sekolah hal pertama yang kulakukan adalah mempraktekannya karena takut tiba-tiba lupa. Hahaha.

Oh iya, ada satu hal lagi. Aku tidak tahu ini fakta atau bukan, kata mamaku dulu, dia tidak mendaftarkanku les karate karena dia bilang fisikku lemah dan karena aku yang tidak bisa rol ke depan. Aku tidak tahu, apakah tolak ukur itu benar atau tidak yang pasti adalah sampai halaman ini kutulis, aku percaya bahwa perkataan mama tentangku itu memang benar.

Ini foto kelas 6 SD bersama Amirah yang sekarang dah jadi ustadzah

Nihlaa <3

 

Halaman Keenam : Akhir

Sudah hampir 1 tahun tidak menulis :) Padahal banyak sekali yang terjadi. Kurang konsisten. Jadi, mari kita akhiri halaman ini. Semoga sehat...